Overbought dan Oversold merupakan keadaan dimana
harga tidak dapat lagi melanjutkan trendnya dikarenakan sudah terlalu
mahal atau terlalu murahnya harga sehingga trend tidak dapat lagi
dilanjutkan. Berbeda dengan sup dan res yang merupakan level psikologis
yang pada dasarnya hanyalah kesepakatan bersama tidak resmi diantara
sesama trader, OB dan OS sendiri merupakan sebuah keadaan yang lumrah
dan nyata terjadi di pasar (bukan semata perkara psikologis).
Andaikata sebuah trend naik sedang terjadi, maka dalam keadaan ini mata
uang menjadi lebih mahal dari biasanya. Jika kita menemukan grafik
GBPUSD sedang menanjak naik misalnya, itu artinya GBP sedang bertambah
mahal nilainya dibandingkan USD. Pelaku pasar terus menerus memburu GBP
dikarenakan diharap harga akan terus beranjak naik dan mereka pun masih
memiliki modal yang cukup untuk melakukan aksi belinya.
Namun akan ada suatu titik dimana pembeli tidak mungkin lagi membeli GBP
dikarenakan harganya sudah terlalu mahal. Bukan saja perkara pendapat
pembeli bahwa harga terlalu mahal, tapi lebih dari itu adalah modal
mereka sudah tidak dapat lagi mencukupi untuk membeli GBP dalam jumlah
tertentu. Nah keadaan inilah yang dinamakan titik jenuh beli atau OB.
Sebaliknya ketika downtrend sedang terjadi, akan ada suatu titik dimana
harga akan berhenti turun dikarenakan harga jual sudah terlalu murah
sehingga penjual tidak mungkin lagi menjual mata uangnya atau mereka
akan merugi. Inilah yang dinamakan jenuh jual OS.
Dalam keadaan harga mencapai titik OB atau OS nya maka diharapkan harga
akan berbalik arah dan trend akan segera berhenti. Jadi ketika bergerak
naik dan titik OB sudah tercapai, maka harga akan kembali trend naik
akan berhenti lalu digantikan dengan bergerak turunnya mata uang. Begitu
juga sebaliknya ketika harga bergerak turun lalu kemudian memasuki area
OS maka harga akan bergerak kembali naik dan trend turun pun berhenti.
Sering kali OB dan OS juga terjadi pada titik-titik Sup dan Res
dikarenakan memang keduanya adalah titik yang bersifat sama yaitu trend
counter. Namun tidak selalu demikian. Tentu saja keputusan buy dan sell
akan sangat menunjang sekali apabila harga tidak berada pada titik-titik
ekstrim ini.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya menentukan
titik OB dan OS ini? Cara yang termudah adalah dengan menggunakan
indikator bertipe Oscillator seperti RSI atau Stochastic.
Indikator-indikator ini memang dirancang untuk menentukan titik-titik OB
dan OS.
Mari kita gunakan salah satu contoh indikator: yaitu Stcohastic
Oscillator. Pada Stocastic, area OB terjadi ketika nilai Stochastic
berada pada level diatas 80 dan OS terjadi ketika Stochastic berada pada
level dibawah 20. perhatikan gambar berikut ini:
Area yang diarsir berwarna oranye merupakan area jenuh beli dan jenuh jual. Anda dapat melihatnya pada lingkaran berwarna merah yang saya gambarkan. Ketika harga bergerak turun dan kemudian menyentuh area jenuh jualnya maka harga kembali bergerak naik dikarenakan harga sudah terlalu murah untuk dijual oleh penjual. Keadaan yang sama juga terjadi pada area jenuh beli.
Perihal penggunaan Stiochastic ini lebih detil kita akan bahas pada sesi berikutnya dari analisa teknikal. Harap bersabar.
Nah dengan memperhatikan kita dapat memperkirakan kapankan sebuah trend berakhir dan digantikan dengan trend berikutnya. Dengan demikian kita dapat mengatur timing pembukaan posisi menjadi lebih baik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar