Sabtu, 06 Agustus 2011

Overbought dan Oversold

Overbought dan Oversold merupakan keadaan dimana harga tidak dapat lagi melanjutkan trendnya dikarenakan sudah terlalu mahal atau terlalu murahnya harga sehingga trend tidak dapat lagi dilanjutkan. Berbeda dengan sup dan res yang merupakan level psikologis yang pada dasarnya hanyalah kesepakatan bersama tidak resmi diantara sesama trader, OB dan OS sendiri merupakan sebuah keadaan yang lumrah dan nyata terjadi di pasar (bukan semata perkara psikologis).

Andaikata sebuah trend naik sedang terjadi, maka dalam keadaan ini mata uang menjadi lebih mahal dari biasanya. Jika kita menemukan grafik GBPUSD sedang menanjak naik misalnya, itu artinya GBP sedang bertambah mahal nilainya dibandingkan USD. Pelaku pasar terus menerus memburu GBP dikarenakan diharap harga akan terus beranjak naik dan mereka pun masih memiliki modal yang cukup untuk melakukan aksi belinya.

Namun akan ada suatu titik dimana pembeli tidak mungkin lagi membeli GBP dikarenakan harganya sudah terlalu mahal. Bukan saja perkara pendapat pembeli bahwa harga terlalu mahal, tapi lebih dari itu adalah modal mereka sudah tidak dapat lagi mencukupi untuk membeli GBP dalam jumlah tertentu. Nah keadaan inilah yang dinamakan titik jenuh beli atau OB.

Sebaliknya ketika downtrend sedang terjadi, akan ada suatu titik dimana harga akan berhenti turun dikarenakan harga jual sudah terlalu murah sehingga penjual tidak mungkin lagi menjual mata uangnya atau mereka akan merugi. Inilah yang dinamakan jenuh jual OS.

Dalam keadaan harga mencapai titik OB atau OS nya maka diharapkan harga akan berbalik arah dan trend akan segera berhenti. Jadi ketika bergerak naik dan titik OB sudah tercapai, maka harga akan kembali trend naik akan berhenti lalu digantikan dengan bergerak turunnya mata uang. Begitu juga sebaliknya ketika harga bergerak turun lalu kemudian memasuki area OS maka harga akan bergerak kembali naik dan trend turun pun berhenti.

Sering kali OB dan OS juga terjadi pada titik-titik Sup dan Res dikarenakan memang keduanya adalah titik yang bersifat sama yaitu trend counter. Namun tidak selalu demikian. Tentu saja keputusan buy dan sell akan sangat menunjang sekali apabila harga tidak berada pada titik-titik ekstrim ini.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya menentukan titik OB dan OS ini? Cara yang termudah adalah dengan menggunakan indikator bertipe Oscillator seperti RSI atau Stochastic. Indikator-indikator ini memang dirancang untuk menentukan titik-titik OB dan OS.

Mari kita gunakan salah satu contoh indikator: yaitu Stcohastic Oscillator. Pada Stocastic, area OB terjadi ketika nilai Stochastic berada pada level diatas 80 dan OS terjadi ketika Stochastic berada pada level dibawah 20. perhatikan gambar berikut ini:










 








Area yang diarsir berwarna oranye merupakan area jenuh beli dan jenuh jual. Anda dapat melihatnya pada lingkaran berwarna merah yang saya gambarkan. Ketika harga bergerak turun dan kemudian menyentuh area jenuh jualnya maka harga kembali bergerak naik dikarenakan harga sudah terlalu murah untuk dijual oleh penjual. Keadaan yang sama juga terjadi pada area jenuh beli.

Perihal penggunaan Stiochastic ini lebih detil kita akan bahas pada sesi berikutnya dari analisa teknikal. Harap bersabar.
Nah dengan memperhatikan kita dapat memperkirakan kapankan sebuah trend berakhir dan digantikan dengan trend berikutnya. Dengan demikian kita dapat mengatur timing pembukaan posisi menjadi lebih baik lagi.


0 komentar:

Posting Komentar